Mendidik Anak Hidup Sederhana
Mendidik Anak Hidup Sederhana ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 24 Shafar 1447 H / 18 Agustus 2025 M.
Kajian Tentang Menghindarkan Anak dari Penyimpangan Orientasi Seksual
Tema ini penting karena kesederhanaan merupakan bagian dari karakter seorang muslim yang tangguh. Seorang muslim harus memiliki keteguhan dalam menghadapi kehidupan dunia. Hidup di dunia ibarat roda yang berputar; kadang berada di atas, kadang berada di bawah. Di atas maksudnya sehat, kaya, mendapat nikmat, atau dikaruniai kelahiran anak. Sedangkan di bawah artinya sakit, miskin, tertimpa musibah, atau kehilangan orang tercinta.
Selama hidup, manusia akan menghadapi kondisi yang berbeda-beda. Untuk menghadapinya diperlukan ketangguhan, sehingga tidak mudah menyerah bahkan sampai melakukan perbuatan yang dilarang seperti bunuh diri. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat mencontohkan ketangguhan itu dengan hidup sederhana.
Orang yang terbiasa hidup sederhana ketika diuji akan lebih kuat dibandingkan orang yang biasa hidup dalam kemewahan. Maka, anak-anak perlu dibiasakan hidup sederhana agar memiliki mental yang kuat, tahan banting, dan tangguh dalam menghadapi kehidupan.
Ada tiga poin dari keseharian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bisa dijadikan teladan dalam membiasakan anak hidup sederhana.
Pertama: Membiasakan Penampilan yang Sederhana
Kesederhanaan tidak berarti kotor, kumuh, atau berbau tidak sedap. Kesederhanaan maksudnya tidak berlebihan. Salah satunya dalam hal berpakaian. Jika seseorang tidak mau berangkat ngaji hanya karena bajunya bukan baru atau bukan bermerek tertentu, itu termasuk sikap berlebihan.
Ada dua hadits yang oleh sebagian orang dikira bertentangan. Hadits pertama memotivasi untuk berpenampilan indah. Hadits kedua memotivasi untuk berpenampilan sederhana. Sebagian orang mengira bahwa jika indah berarti tidak sederhana, atau sebaliknya. Padahal, sederhana bisa indah, dan indah bisa sederhana.
Hadits pertama diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.” (HR. Muslim)
Hadis kedua diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dinilai sahih oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani dan Syaikh Al-Albani. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْبَذَاذَةُ مِنَ الْإِيمَانِ
“Kesederhanaan adalah bagian dari iman.” (HR. Ahmad)
Keduanya tidak bertentangan. Indah bisa terlihat sederhana, dan sederhana bisa terlihat indah. Caranya adalah dengan berpenampilan bersih, rapi, dan pantas. Bersih berarti pakaian dicuci dengan baik dan tidak berbau. Rapi berarti pakaian dipakai dengan tertata. Pantas berarti serasi dan sesuai dengan kondisi dan tidak berlebihan.
Indah itu tidak harus mewah. Indah itu juga tidak harus mahal. Inilah yang perlu ditanamkan kepada anak-anak kita.
Kedua: Melatih Ketahanan Diri dengan Kesederhanaan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendidik para sahabatnya, termasuk anak-anak muda pada masa itu, melalui pekerjaan dan aktivitas yang melatih ketangguhan. Beliau tidak hanya berbicara, tetapi juga mempraktikkannya.
Bukti dari hal ini adalah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika masih muda pernah menggembala kambing.
Sejak kecil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah terbiasa bekerja keras, bukan dengan kemewahan, tetapi dengan kesederhanaan. Hikmahnya adalah mendidik ketahanan, kemandirian, dan kesiapan menghadapi tantangan.
Menggembala kambing bukanlah perkara mudah, apalagi jika dilepas di padang rumput luas. Penggembala harus bersabar, telaten, dan siap menghadapi berbagai kesulitan. Inilah salah satu bentuk pendidikan kesederhanaan yang menumbuhkan ketangguhan.
Sebagai orang tua, perlu membiasakan anak-anak terlatih secara fisik sejak dini melalui hal-hal sederhana. Misalnya, ketika berangkat ke masjid, sesekali berjalan kaki, tidak selalu naik kendaraan, baik sepeda maupun motor. Sesekali anak diajak berjalan agar terbiasa.
Intinya anak dibiasakan untuk bekerja. Jangan dilatih seperti raja yang apa-apa dilayani. Kecuali jika mereka sedang sakit.
Selanjutnya, ketika anak menginginkan sesuatu, berikan syarat atau arahkan untuk menabung. Misalnya, seorang anak berkata, “Umi, tasku sudah sobek. Dari kelas 1 sampai kelas 4 belum pernah ganti. Aku ingin tas baru.”
Jawaban orang tua sebaiknya: “Boleh, tetapi syaratnya kamu harus menabung.” Sejak saat itu anak mulai belajar menyisihkan uang jajannya. Jika setiap hari mendapat Rp5.000, ia bisa menyisihkan Rp1.000 atau Rp2.000, lalu dihitung berapa lama ia perlu menabung hingga bisa membeli tas yang diinginkan.
Atau bisa diberi syarat lain: “Boleh membeli tas, tetapi kamu harus menyelesaikan hafalan Al-Qur’an terlebih dahulu.” Misalnya setelah menyelesaikan beberapa surah, barulah ia boleh membeli tas atau dibelikan tas.
Ini penting agar anak-anak memahami bahwa tidak semua keinginan harus segera terwujud.
Ketiga: Mengajarkan Qanaah dan Syukur
Cara mendidik anak hidup sederhana adalah dengan mengajarkan qanaah dan syukur. Qanaah artinya merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Hal ini dapat kita ambil dari sebuah peristiwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada istrinya, Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha: “Wahai istriku, apakah ada sesuatu yang bisa kita makan pagi ini?”
Aisyah menjawab: “Tidak ada wahai Rasulullah.” Pada saat itu memang tidak ada makanan sedikit pun, bahkan sebutir kurma pun tidak ada. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
“Kalau begitu, aku berpuasa hari ini.” (HR. Muslim)
Perhatikan bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersikap. Beliau tidak mengeluh, tidak menyalahkan istrinya, tidak marah, dan tidak jengkel. Beliau justru menjadikan kondisi itu sebagai ladang amal dengan berpuasa.
Itu adalah salah satu cermin dari sifat qanaah, yaitu merasa cukup dengan apa yang ada. Jika tidak ada, berusaha menerima apa pun yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika ada makanan, maka dinikmati dan disyukuri.
Hal ini sering tidak diperhatikan dan tidak dipraktikkan oleh anak-anak. Misalnya, ketika pulang sekolah, anak membuka tudung saji dan melihat di meja hanya ada nasi, sayur bening, dan tempe. Respon yang muncul sering kali berupa keluhan. Padahal seharusnya anak dididik untuk mensyukuri apa yang ada.
Memang tidak mudah melatih hal ini, terutama saat anak baru pulang sekolah dalam kondisi lelah dan lapar. Terkadang dalam bayangannya sudah ada harapan akan menemukan lauk yang berlimpah. Namun, ketika sampai rumah tidak sesuai dengan yang diinginkan, muncul rasa kecewa bahkan marah.
Dalam kondisi seperti itu, orang tua hendaknya mengajak anak untuk berpikir. Misalnya dengan berkata:
“Le, coba bandingkan apa yang ada di atas meja makan kita dengan apa yang ada di atas meja makan saudara-saudara kita di Palestina. Di sana, bahkan untuk mendapatkan semangkuk bubur saja mereka harus mengantre panjang. Bahkan ada yang sampai meninggal dunia ketika mengantre karena sulitnya mendapatkan makanan. Bandingkanlah, Nak, apa yang ada di atas meja kita dengan apa yang dimiliki saudara-saudara kita di sana.”
Ajak anak untuk merenungkan perbedaan nikmat yang diterima. Dengan cara itu, mudah-mudahan hati anak akan tergugah. Hal ini juga perlu dijelaskan dalam kondisi normal. Misalnya ketika ada makanan yang enak di rumah, orang tua bisa berkata, “Alhamdulillah, Nak, hari ini kita bisa makan dengan lauk yang lezat. Ini adalah nikmat dari Allah. Dan ingat tidak setiap hari seperti ini.”
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Mari turut membagikan link download kajian “Menghindarkan Anak dari Penyimpangan Orientasi Seksual” ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55479-mendidik-anak-hidup-sederhana/